RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN EVALUASI SISTEM WAYFINDING DAN ORIENTASI DI GEDUNG UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
LAPORAN PENELITIAN
EVALUASI SISTEM WAYFINDING DAN ORIENTASI DI GEDUNG UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
Oleh:
Agus Dwi Hariyanto, ST., M.Sc.
Gunawan Tanuwidjaja, ST., M.Sc.1
Rebecca Milka Natalia Basuki, S.Sn.
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT,
JURUSAN ARSITEKTUR & JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
SURABAYA
2010 – 2011
ABSTRAK
Wayfinding and Orientation System (Sistem Wayfinding dan Orientasi) yang baik merupakan suatu persyaratan bagi Bangunan Arsitektur yang Berkelanjutan, Hal ini didasari oleh berbagai teori tentang desain yang memperhatikan kebutuhan pengguna (Responsive Environmental Design). Dan ini seharusnya dimiliki oleh fasilitas pendidikan seperti Universitas Kristen Petra.
Tujuan penelitian ini ialah untuk menemukan Wayfinding difficulties (Kesulitan Wayfinding) karena aspek arsitektural dan grafis lingkungan pada Gedung P UK Petra, mengamati adanya Architectural Wayfinding Elements dan kualitas dari Architectural Wayfinding Elements di Gedung P UK Petra.
Metode yang digunakan ialah dengan menggunakan Post Occupancy Evaluation, dengan cara Cognition Mapping, Visual Research dan pengukuran kualitas dengan Semantic Scale. Data – data ini kemudian dikompilasi dengan database sederhana (Excel) dan dianalisa.
Permasalahan kesulitan menemukan jalan dan berorientasi dialami pengguna Gedung P. Dari 176 responden Mahasiswa Arsitektur dan DKV (tahun pertama dan tahun ketiga), didapati 42% dari kelompok ini mengalami satu kali kesulitan dalam menemukan jalan sedangkan 13% yang menemukan kesulitan lebih dari satu kali. Hal ini disebabkan oleh beberapa penyebab aspek Arsitektural di antaranya: pengelompokkan ruang (zoning) yang kurang jelas, ruangan tidak terlihat dengan jelas, karena ruangan yang berbentuk simetris dan koridor yang bentuknya membingungkan. Sedangkan dalam aspek Grafis, ditemukan disebabkan oleh karena penamaan/ penomoran ruangan yang membingungkan, karena signage tidak jelas jelas dan karena posisi signage yang tidak tepat. Hal ini menunjukkan permasalahan yang ada merupakan gabungan antara aspek Arsitektural dan aspek Grafis.
Keempat Architectural Wayfinding Element (Landmark, Pathway , Node dan Zoning) telah ditemukan di Gedung P, UK Petra. Beberapa Landmark yang paling dikenali ialah: Void, Lift Lantai Ganjil, Lift Lantai Genap, Kolom dengan Panel Karya Mahasiswa di Lantai 6 dan Gambar Mural Fakultas Seni Desain. Sedangkan Pathway dan Node yang paling dikenali ialah Lift Lantai Ganjil (Vertical Node) dan Selasar di Lantai 6 (Pathway dan Node). Terakhir, Zoning yang paling dikenali ialah Zoning Kelas Audio Visual (AV) di Lantai 7. Ini menunjukkan bahwa beberapa elemen – elemen di atas sudah memiliki kualitas yang dikenali tetapi belum terintegrasi dengan Sistem Wayfinding dan Orientasi Gedung tersebut.
Ditemukan pada keempat elemen tersebut, terdapat beberapa elemen yang mudah untuk dimengerti (legible) dan mudah untuk diingat (imageable) (Boulding, 1956 dan Lynch, 1960) karena memiliki kualitas Arsitektural dengan Skala Semantik yang tinggi (Hershberger, 1988). Dan dirasakan bahwa memang diperlukan Sistem Wayfinding dan Orientasi yang mengintegrasikan keempat elemen di atas yang mencakup:
* Landmark harus didisain dengan menarik agar mudah diingat dan diletakkan pada tempat yang strategis untuk membantu pengguna berorientasi;
* Sistem Sirkulasi yang terdiri Pathway dan Node dapat dibuat sederhana agar dapat diingat oleh pengguna dan dikaitkan dengan Landmark;
* Zoning juga sebaiknya disusun dengan jelas dan teratur untuk membantu pengguna;
* Pathway, Node dan Zoning sebaiknya didisain dengan kualitas arsitektural yang baik dan diperkuat dengan Landmark;
* Sistem grafis yang baik juga akan memperkuat sistem di atas.
Kata Kunci:
Wayfinding, Orientation System, Signage System, Fasilitas Pendidikan Tinggi, Arsitektur Berkelanjutan
RINGKASAN EKSEKUTIF
Salah satu parameter sebuah Bangunan disebut Berkelanjutan atau Sustainable Building ialah bangunan tersebut harus digunakan oleh penggunanya secara nyaman atau mudah. Kemudahan penggunaan ruang – ruang ini ditunjang oleh kemudahan untuk menemukan jalan dalam bangunan tersebut (Wayfinding) dan kemudahan pengguna dalam berorientasi dalam bangunan (Spatial Orientation) (Passini, 1984). Kedua hal ini akan sangat menentukan efektivitas sirkulasi dalam bangunan. Wayfinding and Orientation System (Sistem Wayfinding dan Orientasi) ini ditemui belum bekerja secara optimal di Gedung P. Universitas Kristen Petra, karena inilah studi ini diadakan.
Wayfinding dapat dididefinisikan sebagai kemampuan untuk menemukan jalan menuju suatu lokasi. Sedangkan Spatial Orientation adalah kemampuan seorang individu untuk memahami ruang di sekitarnya dan meletakkan dirinya. Seringkali individu tidak dapat menentukan posisinya dalam lingkungan tetapi dapat menemukan jalan ke sebuah lokasi, sehingga tetap individu tersebut dapat disebut berorientasi pada lingkungannya (Passini, 1984).
Passini (1984) menjelaskan tentang peran wayfinding untuk memecahkan masalah dengan 3 bagian penting di antaranya ialah pemrosesan informasi, pengambilan keputusan dan tindakan aksi. Menyadari kaitan persepsi dan peta kognisi (Cognition Map) dengan sistem di atas, maka kami ingin menggunakan sampling responden mahasiswa yang cukup bervariasi. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan Sistem Wayfinding dan Orientasi yang baik akan berhasil mengarahkan seluruh pengguna dengan baik apapun latar belakang, persepsi dan kemampuan psikologi mereka. Hal ini juga berkaitan dengan teori yang mengatakan bahwa ketika semua hambatan lingkungan dihilangkan maka bangunan tersebut akan dapat digunakan secara optimal oleh semua (Bednar, M.J.,1977).
Jadi permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini ialah:
* Apakah Sistem Wayfinding dan Orientasi (termasuk didalamnya aspek – aspek arsitektur dan visual komunikasi) di Gedung P sudah optimal?
* Bagaimana meningkatkan kualitas Sistem Wayfinding dan Orientasi di Gedung P supaya dapat berfungsi dengan optimal sehingga dapat meningkatkan keberlanjutan ruang-ruangnya?
Tujuan penelitian ini ialah sebagai berikut:
* Menemukan Wayfinding Difficulties (Kesulitan Wayfinding) karena aspek arsitektural pada Gedung P UK Petra,
* Mengamati adanya Architectural Wayfinding Elements di Gedung P UK Petra (Boulding, 1956 ; Lynch, 1960),
* Mengamati kualitas dari Architectural Wayfinding Elements di Gedung P UK Petra,
* Melihat pengaruh kaitan kemampuan mengurutkan lokasi dengan Wayfinding and Orientation Process (Passini, 1984),
* Menemukan Kesulitan Wayfinding akibat grafis lingkungan.
Disebabkan waktu terbatas dan sumber daya yang terbatas, maka studi ini memiliki lingkup atau batasan di Gedung P, Universitas Kristen Petra, Lantai 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. Selanjutnya mungkin di masa depan jika studi ini berhasil menghasilkan temuan yang signifikan maka dapat diperluas lingkupnya. Sejumlah 176 orang responden baik berlatar belakang mahasiswa Jurusan Arsitektur dan DKV telah dilibatkan dalam pengisian kuesioner tahap ke-1. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan sampel yang valid dan bervariasi. Sedangkan 39 responden terpilih dilibatkan dalam pengisian kuesioner tahap ke-2 yang mengupas lebih dalam berbagai faktor kesulitan wayfinding yang ada maupun elemen – elemen arsitektural dan grafis yang membantu proses di atas.
Pertama, perbaikan aspek arsitektur dan grafis dari Gedung P Universitas Kristen Petra akan dapat diusulkan pada penelitian dan desain didasarkan pada temuan riset ini. Di antaranya temuan mengenai responden mengenai kesulitan menemukan jalan, elemen – elemen arsitektur (Landmark, Pathway, Node, District/ Zoning) dan grafis yang telah membantu menemukan jalan serta potensi elemen – elemen yang dapat diperbaiki. Sehingga diharapkan pengguna Gedung P, UK Petra dapat menikmati peningkatan aksesibilitas di masa mendatang.
Selanjutnya, mata kuliah yang berkaitan dengan Responsive Environmental Design , seperti Desain Inklusi dan Desain Komunikasi Visual 1, akan dapat mendapatkan manfaat nyata dari pengalaman riset ini. Pengalaman mengamati kesulitan ini akan memperlengkapi mahasiswa dengan pengetahuan dasar menyusun desain terintegrasi Sistem Wayfinding dan Orientasi.
Terakhir, penelitian ini akan memberikan gambaran yang baik bagi pengelola gedung pendidikan, arsitek, desainer grafis, desainer interior, dll untuk membuat Responsive Environmental Design. Contoh desain arsitektural dan sistem grafis pada koridor yang terintegrasi dalam Sistem Wayfinding dan Orientasi akan direplikasi pada fasilitas pendidikan tinggi dan fasilitas umum lainnya yang memiliki kesamaan fungsi.
Dari Tinjauan Pustaka didapati bahwa proses Wayfinding terdiri dari 3 bagian penting di antaranya ialah pemrosesan informasi, pengambilan keputusan dan tindakan aksi (Passini, 1984). Sehingga diperlukan kemampuan kognitif untuk mencapai tujuan ini. Sehingga dapat dirangkum komponen – komponen dari Wayfinding Process sbb:
– Wayfinding Task (Tujuan Wayfinding),
– Environmental Information (Informasi dari Lingkungan),
– Information Processing (Proses Pengolahan Informasi) atau Cognitive Process (Proses Kognisi),
– Cognitive Memory (Ingatan Kognitif),
– Wayfinding Decision (Keputusan Wayfinding),
– Behavioural Action (Tindakan Prilaku, dalam hal ini Wayfinding Action).
Elemen – elemen di atas akan kami jelaskan untuk memberikan gambaran tentang proses bagaimana efisiensi proses Wayfinding dapat tercapai.
Selain itu ditemukan bahwa Wayfinding and Orientation Process terkait dengan beberapa faktor yang mempengaruhi di antaranya ialah:
– Kemampuan individu manusia berbeda – beda untuk menemukan jalan dan berorientasi;
– Proses kognisi dan peta kognisi yang terbangun dalam pikiran individu tentang lingkungan mendasari proses di atas;
– Environmental Information (Informasi Lingkungan) yang mencakup:
o Architectural Wayfinding Element yang dapat membantu proses di atas;
o Signage System yang terintegrasi dengan lingkungan binaan diperlukan untuk membantu proses tsb.
o Other Sensory Information atau sensor atau rangsangan informasi dalam bentuk lain (tetapi tidak dibahas dalam lingkup karya tulis ini).
Kemudian jika difokuskan tentang teori Architectural Wayfinding Elements, ditemukan dua teori oleh Boulding (1956) dan Lynch (1960). Mereka menyampaikan bahwa kemampuan individu untuk menggambarkan suasana bangunan atau letak bangunan yang menarik ternyata didasari oleh ciri khas bangunan yang memiliki sifat legibility (kemudahan untuk dimengerti) dan imageability (kemudahan untuk diingat).
Sifat legibility (kemudahan untuk dimengerti) dapat dipahami bahwa bangunan dapat memberikan kemudahan untuk dipahami sehingga memiliki nilai legibility yang tinggi. Sedangkan untuk imageability (kemudahan untuk diingat), bangunan dapat memiliki ciri khusus yang mengingatkan individu terhadapnya. Kedua aspek ini kemudian diterjemahkan dengan 2 kriteria desain yaitu visual accessibility and impacts of the elements (aksesibilitas visual dan dampak elemen – elemen terhadap ingatan pengguna).
Berikutnya Lynch (1960) menemukan adanya 5 elemen yang dapat memperkuat 2 sifat di atas yaitu Pathways, Nodes, Landmarks, Districts dan Edges pada skala urban. Passini (1984) berdasarkan studi bangunan – bangunan komersial di Montreal menemukan kesamaan 5 elemen ini pada bangunan – bangunan tsb. Mengenai elemen – elemen ini akan dijelaskan sbb. Sedangkan metode riset Passini akan dijelaskan pada segmen Evaluasi Pasca Huni untuk meningkatkan Wayfinding and Orientation System.
Selanjutnya, Passini (1984) menegaskan perlunya Signage System yang terintegrasi dengan Wayfinding and Orientation System dalam Arsitektur untuk mencapai sistem yang efisien. Karena itu diperlukan juga telaah mengenai Integrated Signage System yang baik.
Signs atau tanda – tanda diperlukan oleh individu untuk menemukan jalan dengan baik. Biasanya informasi berisi tentang dimana terjadinya sebuah kejadian (where), kapan sebuah kejadian terjadi (when), dan bagaimana sebuah kejadian yang mungkin terjadi (how) (Passini, 1984). Tetapi secara khusus sistem tanda ini harus diletakkan pada lokasi yang tepat sesuai dengan proses menemukan jalan dan individu penggunanya.
Agar didapatkan rekomendasi yang tepat perlu dilakukan Evaluasi Pasca Huni atau Post Occupancy Evaluation (POE) (Zeisel, 1975). POE ini dilakukan dengan pengumpulan masukan dari pengguna bangunan untuk meningkatkan efektivitas bangunan dan desain yang lebih baik di masa depan (Friedmann, Zimring dan Zube, 1978).
Selanjutnya, tujuan POE adalah hal yang terpenting yang perlu diperhatikan. Zimring, C.M., Wineman, J. Carpman J.R.,(1988) mengungkapkan 5 tujuan dari POE yaitu:
– Basic environment-behavior information (informasi prilaku yang sederhana, misalnya pertanyaan siapakah yang paling berperan di tempat kerja).
– Fitting out and fine-tuning (pencocokkan dan penyesuaian, misalnya perbaikan sistem AC),
– Planning, programming, and design (perencanaan, pemrograman dan desain, yang memberikan masukkan spesifik untuk proyek tertentu, misalnya Carpman, Grant dan Simmons (1986) melakukan riset mengenai prilaku sebelum merekomendasikan program ruang baru untuk University of Michigan Hospital),
– Concept generation (penciptaan konsep baru, misalnya Zimring dan Wineman bekerja sama dengan California Department of Corrections dan Kitchell CEM untuk menghasilkan prototype sel penjara yang akan digunakan dalam 10 tahun kemudian),
– Codes, standards, guidelines (peraturan, standar, pedoman).
Terlihat terdapat berbagai hasil POE yang diinginkan. Hal ini juga akan mempengaruhi metode, waktu dan sumber daya yang akan dipilih. Sehingga, metode riset ini juga harus ditajamkan agar dapat mencapai maksud di atas.
Selanjutnya, karena luasnya lingkup POE, maka kami juga mencari model POE untuk lingkup wayfinding and orientation system untuk mencari metode riset yang lebih valid dan efektif. Beberapa riset tersebut ialah sbb:
– Center for Inclusive Design and Environmental Access (2010), Design Resources, Architectural Wayfinding, School of Architecture and Planning, University of Buffalo;
– Beaumont, P.B., Gray, J., Moore, G.T., Robinson, B., (1984), Orientation and Wayfinding in the Taurang Departmental Building: A Focused Post Occupancy Evaluation, Ministry of Works and Development HamiLantaion, New Zealand;
– Passini, R. (1984), Wayfinding Performance Evaluation of Shopping Centres in Montreal 1975 and 1978 reported in Wayfinding in Architecture, Environmental Design Series Volume 4, Van Nostrand Reinhold Company, New York;
– M. Lutfi Hidayetoglu, Kemal Yildirim, Kubulay Cagatay (2010), The Effects of Training and Spatial Experience on the Perception of the Interior of Buildings with a High Level of Complexity, in Scientific Research and Essays Vol. 5 (5), pp. 428-439, 4 March, 2010;
– Corbin Design (2007), Wayfinding Analysis and Recommendations Document for Ann Arbor, Michigan, prepared for Ann Arbor Downton Development Authority, (Environmental Graphics).
Dari model – model di atas dihasilkan metode yang lebih terintegrasi berdasarkan berbagai teori yang mendukung tersebut. Dan metodologi riset yang dilakukan dapat dijabarkan sbb:
1. Penyusunan Proposal dan Perijinan
– Identifikasi masalah
– Studi literatur awal
– Penyusunan hipotesa awal
2. Studi Literatur
3. Penyusunan Wayfinding Task dan Hipotesa Wayfinding DifficuLantaiies
4. Penyusunan Database Wayfinding and Orientation System Gedung P UK Petra
5. Rekrutmen Partisipan
6. Studi Latar Belakang dan Pergerakan Pengguna
7. Penyusunan Pertanyaan Kuesioner Wayfinding and Orientation System
8. Penyebaran Kuesioner Wayfinding and Orientation System Tahap Pertama
9. Analisa Awal
10. Penyebaran Kuesioner Wayfinding and Orientation System Tahap Kedua
11. Analisa Akhir
12. Penyusunan Kesimpulan dan Penulisan Laporan
Metodologi yang digunakan ialah dengan menggunakan Post Occupancy Evaluation, dengan cara Cognition Mapping, Visual Research dan pengukuran kualitas dengan Semantic Scale. Data – data ini kemudian dikompilasi dengan database sederhana (Excel) dan dianalisa.
Hasil riset ini memberikan beberapa temuan sebagai berikut:
* Tujuan Wayfinding dari Mahasiswa Jurusan Arsitektur dan DKV ditemui ternyata memiliki kompleksitas Pathway dan Zoning seperti yang diungkapkan Passini (1984) seperti The Life Science Center of Dalhousie University di Halifax.
* Hasil riset menunjukkan 89 responden (51%) dari total 176 Responden tidak mengalami kesulitan menemukan jalan, 74 responden (42%) mengalami satu kali kesulitan dan terakhir 13 responden (7%) mengalami beberapa kali kesulitan.
* Tiga penyebab kesulitan utama menemukan jalan dalam Aspek Arsitektural di Gedung P UK Petra di antaranya ialah:
o 28% karena pengelompokkan ruang (zoning) yang kurang jelas,
o 27% karena ruangan tidak terlihat dengan jelas,
o 26% karena bentuk ruangan yang bentuknya sama/ simetris,
* Selanjutnya 3 penyebab utama kesulitan menemukan jalan dalam Aspek Grafis di antaranya ialah:
o 32% karena penamaan/ penomoran ruangan yang membingungkan,
o 26% karena signage (petunjuk arah) tidak jelas jelas (poor clarity),
o 20% karena posisi signage (petunjuk arah) yang tidak tepat,
* Empat jenis Architectural Wayfinding Elements di Gedung P UK Petra memang dikenali Responden.
o Landmark Arsitektural yang ditemukan ialah sbb:
* Dinding DKV & DI (Fakultas Seni dan Desain)
* Kolom Panel Karya (di Selasar Lantai6)
* Lift Lantai Ganjil
* Lift Lantai Genap
* Tangga Terbuka (di depan Selasar)
* Void
o Elemen Pathway dan Node yang ditemukan ialah sbb:
* Lift Ganjil sebagai Vertical Pathway
* Sirkulasi di depan Void sebagai Pathway
* Selasar/ Hall di depan Lift Genap di setiap lantai sebagai Node
* Hall Ruang Dosen Arsitektur Lantai 6 sebagai Node
o Elemen Zoning yang ditemukan ialah sbb:
* Zoning Kelas di sebelah Void
* Zoning Ruang AV di Lantai 7
* Zoning Studio Arsitektur
* Zoning Studio DKV
* Keempat elemen tersebut ternyata dikenal dan diingat karena posisinya strategis, keterlihatan oleh Responden, keunikan bentuknya, keunikan warnanya, keunikan materialnya, keunikan pencahayaan dan yang tertinggi karena fungsinya.
* Hal ini juga terlihat pada Skala Semantik kualitas keempat elemen tersebut yang sangat dikenal.memiliki kualitas yang baik yang berkaitan dengan legibility dan imagebility dari dalam Skala Semantik sebagai berikut:
o sentralitas posisinya,
o keterlihatan,
o keunikan bentuknya,
o keunikan warnanya,
o keunikan pencahayaannya,
o keunikan materialnya,
o penting fungsinya bagi Anda,
o kemudahan untuk dimengerti.
* Korelasi pengenalan Landmark pada responden dan kualitas arsitektural (skala semantik) sangat relevan (r = 0.65). Sedangkan korelasi Pathway & Node (r = -0.27) dan korelasi Zoning (r = -0.99) menunjukkan korelasi yang lemah dengan kualitas arsitekturalnya. Hal ini menunjukkan seringkali Pathway, Node & Zoning di Gedung P diingat oleh karena fungsinya sehingga harus ditingkatkan lebih baik lagi kualitasnya.
* Pengaruh kaitan kemampuan mengurutkan lokasi dengan Kesulitan Wayfinding sesuai Proses Wayfinding and Orientation ternyata ditemui kurang signifikan. Karena itu disarankan metode ini diganti dengan metode Wayfinding Simulation yang dilakukan oleh Passini (1984).
* Dan dirasakan bahwa memang Sistem Wayfinding dan Orientasi yang baik memang memerlukan integrasi keempat elemen di atas, misalnya:
o Landmark harus didisain dengan menarik agar mudah diingat dan diletakkan pada tempat yang strategis untuk membantu pengguna berorientasi;
o Sistem Sirkulasi yang terdiri Pathway dan Node dapat dibuat sederhana agar dapat diingat oleh pengguna dan dikaitkan dengan Landmark;
o Zoning juga sebaiknya disusun dengan jelas dan teratur untuk membantu pengguna;
o Pathway, Node dan Zoning sebaiknya didisain dengan kualitas arsitektural yang baik dan diperkuat dengan Landmark;
o Sistem grafis yang baik juga akan memperkuat sistem di atas.
Beberapa saran dan rekomendasi untuk pengembangan riset juga dihasilkan sbb:
* Evaluasi pasca huni untuk fasilitas pendidikan seperti UK Petra diperlukan setidaknya per lima tahun sekali (sesuai Susan Hunter, Center for IDEA, 2010);
* Riset Sistem Wayfinding dan Orientasi Gedung P, UK Petra dapat diperluas untuk mencakup seluruh fasilitas UK Petra untuk meningkatan keberlanjutan arsitektural dari sisi sosial sesuai dengan teori Carpman dan Grant (2002) terutama pada entrance bangunan yang tidak jelas, akses dari tempat parkir atau sarana transportasi masal yang tidak jelas;
* Riset ini juga dapat diperluas untuk skala kawasan dan skala Kota Surabaya untuk meningkatkan aksesibilitas, bahkan meningkatkan Social Sustainability dari kawasan dan Kota Surabaya. Hal ini perlu dikembangkan dengan mengadopsi teori Lynch (1960);
* Permasalahan Grafis di Gedung P UK Petra atau seluruh fasilitas UK Petra juga dapat diteliti kembali apakah sudah memenuhi prinsip – prinsip signage design seperti rekomendasi Carrol (2010);
* Semua ini dapat meningkatkan keberlanjutan dari fasilitas – fasilitas di UK Petra juga untuk menyusun sebuah Design Guidelines untuk Sistem Wayfinding dan Orientasi di fasilitas pendidikan tinggi di masa depan.
link scribd: http://www.scribd.com/doc/63362878/20110802-Laporan-Riset-Way-Finding-UK-Petra-Exsum
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, R., dan Hübner, R., (2006), Pictograms, Icons & Signs: A Guide to Information Graphics. Thames & Hudson. London. p.10.
American Institute Of Architects dan Images, (2006), Educational Facilities, Images Publishing Dist A/c.
Appleyard, D., (1970), Styles and Methods of Structuring a City, Environment and Behavior 2(1):100-118.
Appleyard, D., (1979), The Environment as Social Symbol: Within Theory of Environmental Action and Perception, Journal of American Planning Association, 45 (2): 143-153
Appleyard, D., (1980), Why Buildings are known, A predicative tool for architects and planners in Broadbent, G., Bunt, R., Llorens, T., (ed), Meaning and Behaviour in the Built Environment, John Wileys & Sons, Ltd.
Arthur, P., dan Passini, R., (1992), Wayfinding: People, Signs, and Architecture, Ontario: McGraw – Hill Ryerson Ltd. Reissued as a collector’s edition in 2002 by Focus Strategic Communications, Inc.
Augustin, S., (2009), Place Advantage: Applied Psychology for Interior Architecture, Wiley.
Baines, P. dan Dixon, C., (2003), Signs: Lettering In The Environment, Laurence King Publishing Ltd.
Beaumont, P.B., Gray, J., Moore, G.T., dan Robinson, B., (1984), Orientation and Wayfinding in the Taurang Departmental Building: A Focused Post Occupancy Evaluation, Ministry of Works and Development Hamilton, New Zealand;
Bechtel, R., (1988), Onward, upward and round about: To the future of the POE. JAPR, 5:4(339-358).
Bechtel, R.B., dan Srivastava, R.K., (1978), Post-occupancy evaluation of housing. Report submitted to the U.S. Department of Housing.
Beck, R.J., dan Wood, D., (1976), Cognitive Transformation of Information from Urban Geographic Fields to Mental Maps, Environment and Behaviour 8
(2): 199-238.
Bednar, M.J., (1977), Community Development Series, Barrier Free Environment, University of Virginia
Bell, P.A., Greene, T., Fisher, J., dan Baum, A.S., (2005), Environmental Psychology Psychology Press; 5 edition (December 29, 2005).
Beneicke, A., Biesek, J., dan Brandon, K., (2003), Wayfinding and Signage in Library Design., Libris Design Project, California by the State Librarian [http://www.librisdesign.org/]
Berger, C., (2009), Wayfinding: Designing and Implementing Graphic Navigational Systems, RotoVision.
Berger, C.M., (2005), Wayfinding: Designing and Implementing Graphic Navigational Systems, Page One Publishing Private Limited, Singapore.
Boulding, K., (1956), The Image, University of Michigan Press, Ann Arbor.
Bovy, P.H., dan Stern, E., (1990), Route Choice: Wayfinding in Transport Networks (Studies in Operational Regional Science), Springer.
Broadbent, G., Bunt, R., dan Llorens, T., (1980), Meaning and Behaviour in the Built Environment, John Wileys and Sons Ltd., New York
Brösamle, M., Hölscher. C., dan Vrachliotis, G., (2007), Multi-Level Complexity In Terms of Space Syntax: a Case Study, Proceedings, 6th International Space Syntax Symposium, ?stanbul.
Calori, C., (2007), Signage and Wayfinding Design: A Complete Guide to Creating Environmental Graphic Design Systems, Wiley.
Canter, D., (1977), The Psychology of Place, The Architectural Press, London.
Carpenter, E., (1973), Eskimo Realities, Holt, Rinehart and Winston, New York.
Carpman, J., dan Grant, M., (2002), Wayfinding: A Broad View, . in Bechtel and Churchman., Handbook of Environmental Psychology, John Wiley, New York, pp. 427-442.
Carpman, J.R., Grant, M.A., dan Simmons, D.A., (1984), No More Mazes: Research about Design for Wayfinding in Hospitals. Ann Arbor, MI: Office of the Replacement Hospital Project.
Carpman, J.R., Grant, M.A., dan Simmons, D.A., (1986), Design that Cares: Planning Healthcare Facilities for Patients and Visitors. Chicago: American Hospital Publishing, Inc.
Carrol, M-J., Center for Inclusive Design and Environmental Access, (2010), Design Resources, Text Legibility and Readability of Large Format Signs in Building and Sites, School of Architecture and Planning, University of Buffalo
Center for Inclusive Design and Environmental Access, (2010), Design Resources, Architectural Wayfinding, School of Architecture and Planning, University of Buffalo;
Ching, F.D.K., (1979), Architecture: Form, Space and Order, Van Nostrand Reinhold, NY.
Cook, T., dan Campbell, D., (1979), Quasi-experimentation: design and analysis for field settings. Skokie, IL: Rand McNally.
Cooper, R., (2010), Wayfinding for Health Care: Best Practices for Today’s Facilities, AHA Press.; 1 edition.
Corbin Design, (2007), Wayfinding Analysis and Recommendations Document for Ann Arbor, Michigan, prepared for Ann Arbor Downton Development Authority.
Corral-verdugo, V., Garcia-cadena, C.H., dan Frias-armenta, M., (ed), (2010), Psychological Approaches to Sustainability: Current Trends in Theory, Research and Applications (Environmental Science, Engineering and Technology), Nova Science Pub Inc.
Downs, R., dan Stea, D., (ed). (1977), Maps in Minds, Harper and Row, New York.
Evans, G., dan McCoy, M., (1998), When Buildings Don’t Work: The Role of Architecture in Human Health, Journal of Environmental Psychology, v. 18: 85-94.
Evans, G.W., (1980), Environmental Cognition. Psychological Bulletin, 88(2):259-287.
Freidman, A., Zimring, C., dan Zube, E., (1978), Environmental Design Evaluation. New York: Plenum.
Gallagher, W., (2007), The Power of Place: How Our Surroundings Shape Our Thoughts, Emotions, and Actions (P.S.), Harper Perennial.
Garling, T., (1980), Environmental Orientation During Locomotion, Swedish Council for Building Research, Stockholm.
Gay, L.R., dan Diehl, P.L., (1992), Research Methods for Business and Management. New York: MacMillan Publishing Company, page. 65
Gibson, D., (2009), The Wayfinding Handbook: Information Design for Public Places, Princeton Architectural Press; 1st edition.
Gifford, R., (2001), Environmental Psychology: Principles and Practice (3rd ed.), Optimal Books.
Gladwin, T., (1970), East is a Big Bird: Navigation and Logic on Puluwat Atoll, Harvard University Press, Cambridge, Mass.
Golledge, R.G., (ed)., (1999). Wayfinding Behavior: Cognitive Mapping and Other Spatial Processes, Baltimore, Maryland: The Johns Hopkins Univerity Press.
Grey, G., (1841), Journals of Two Expeditions of Discovery in North-West and Western Australia, II, T. and W. Boone, London.
Heller, S., dan Fernandes, T., (2002), Becoming a Graphic Designer: Guide to Careers in Design (2nd Edition). John Wiley & Sons, Inc. New York.
Hershberger, R.G., (1988), A Study of Meaning and Architecture in Nazar, J.L. ed. (1988) Environmental Aesthetics: Theory, Research and Applications, Cambridge University Press, USA.
Hertono, B.R., (1977), Cara-Cara Sampling, Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Indonesia, Jakarta.
Hillier, B., dan Hanson, J., (1988), The Social Logic of Space, Cambridge: Cambridge University Press.
Hölscher, C., Meilinger, T., Vrachliotis, G., Brösamle, M., dan Knauff, M., (2005), Finding the Way Inside: Linking Architectural Design Analysis and Cognitive Processes , C. Freksa, M., Knauff, B., Krieg-Brückner et al., (ed.), Spatial Cognition IV. Reasoning, Action, and Interaction. LNCS, vol. 3343, pp. 1-23.
Holscher, C., Meilinger, T., Vrachliotis, G., dan Brosaml, (2006), Up the down staircase: Wayfinding strategies in multi-level buildings [An article from: Journal of Environmental Psychology], Elsevier (December 1, 2006).
Howard, T.P., dan Templeton, W.B., (1966), Human Spatial Orientation, John Wileys and Sons, New York.
http://architourist.pbworks.com/BCE-Place-Galleria
http://architourist.pbworks.com/w/page/Art-Gallery-of-Ontario
http://architourist.pbworks.com/w/page/Louis-Vuitton-Store
http://nicolekiss.blogspot.com/2006_12_01_archive.html
Klik untuk mengakses Teknik+Sampling.pdf
http://udeworld.com/dissemination/design-resources.html
Klik untuk mengakses overview1.pdf
IdN Vol. 17 No. 5, 2010, Five.
Israel, T., (2010), Some Place Like Home: Using Design Psychology to Create Ideal Places, Design Psychology Press.
James, A. D., (1971), Elementary Survey Analisis.
Kopec, D., (2006), Environmental Psychology for Design, Fairchild Publications.
Krejcie, R.V., dan Morgan, D.W., (1970). “Determining Sample Size for Research Activities”, Educational and Psychological Measurment. Vol. 30: 607-610.
Lackney, J., (1999), Twelve Design Principles. Presentation at CEFPI Conference Workshop. Minneapolis, MN.
Lang, J., (1987), Creating Architectural Theory, Van Nostrand Reinhold, New York
Lang, J., dkk, (1974), Designing for Human Behaviour: Architecture and the Behaviour Sciences, Stroudsburg, Penn: Dowden, Hutchinson and Ross, Inc.
Laurens, J.M., (2001), Studi Prilaku Lingkungan, Universitas Kristen Petra, Surabaya
Lewis, D., (1975), We, the Navigators: the Ancient Art of Landfinding in the Pacific, The University Press of Hawaii, Honolulu.
Lewis, D., (1976), “Observations on Route Finding and Spatial Orientation among the Aboriginal Peoples of the Western Desert Region of Central Australia.” Oceania, 46(4): 249-282
Llyod, B.B., (1972), Perception and Cognition: A Cross culture Perspective, Penguin, Harmondsworth, Eng.
Locasso, R.M., (1988), The influence of a beautiful versus an ugly room on ratings if photographs of human faces: a replication of Maslow and Mintz in Nazar, J.L. ed. (1988) Environmental Aesthetics: Theory, Research and Applications, Cambridge University Press, USA.
Lord, F.E., (1941), A Study of Spatial Orientation of Children, Journal of Educational Research 34(7):481-505.
Lynch, K., (1960), The Image of the City, Cambridge, Massachusetts: MIT Press.
M. Lutfi Hidayetoglu, Kemal Yildirim, Kubulay Cagatay, (2010), The effects of training and spatial experience on the perception of the interior of buildings with a high level of complexity, in Scientific Research and Essays Vol. 5 (5), pp. 428-439, 4 March, 2010 Available online at http://www.academicjournals.org/SRE ISSN 1992-2248 © 2010 Academic Journals
Mangunwijaya, Y.B., (1992), Wastu Citra, PT Gramedia, Jakarta
Mark Ignatio Aditjipto, (2002), Studi Perancangan Arsitektur, Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra, Surabaya
McGrath, J.E., (1981), Dilemmatics the study of research choices and dilemmas. In JE McGrath, J Martin and RA Kulka (ed), Judgment calls in research. Beverly Hills, CA: Sage.
McGrath, J.E., Martin, J., dan Kulka, R.A., (ed), (1981), Judgment calls in research. Beverly Hills, CA: Sage.
Meuser, P., dan Pogade, D., (2010), Wayfinding and Signage: Construction and Design Manual, Dom Publishers.
Michelson, W., Bechtel, R., dan Marans, R., (ed), (1986), Methods in environmental and behavioral research. New York: Van Nostrand Reinhold.
Miller, F.P., Vandome, A.F., dan McBrewster, J., (ed), (2009), Environmental Psychology: Wayfinding, Human Factors, Cognitive Ergonomics, Ecopsychology, Behavioral Geography, Ecological Psychology, Socio-architecture, Ecology, Architecture, Behavioural Sciences, Alphascript Publishing.
Miller, G.A., Galanter, E., dan Pribram, K., (1960), Plans and the Structure of Behavior, Holt Rinehart and Winston, New York.
Moore, G.T., (1979), Knowing about Environmental Knowing: The Current State of Theory and Research on Environmental Cognition. Environment and Behavior 11(1):33-70.
Murtha, D.M., (1988), Information Resources for Post-Occupancy Evaluation, JAPR,5:4(321-338),
Nasution, R., (2003), Teknik Sampling, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rozaini.pdf
Nugroho, (1985), Rumus-Rumus Statistika Serta Penerapannya, CV.Rajawali, Jakarta.
Oliver, K., (2003), Psychology in Practice: Environment, A Hodder Arnold Publication.
Osgood, C.E., Suci, G., dan Tannenbaum, P., (1957), The measurement of meaning, Urbana: University of Illinois Press.
Passini, R. (1984), Wayfinding in Architecture, Environmental Design Series Volume 4, Van Nostrand Reinhold Company, New York.
Peponis, J., dan Wineman, J. (2002). Spatial Structure of Environment and Behavior, pp. 271-291 in Bechtel, R. and A. Churchman, eds., 2002, Handbook of Environmental Psychology, New York: John Wiley & Sons.
Rapoport, A., (1967 – 1991), Thirty Three Papers in Environment-Behaviour Research, The Urban International Press, New Castle, upon Tyne, Alexandria and Pune, India
Rapoport, A., (1972), Australian Aborigines and the Definition of Place, in Proceeding of The Third Annual Environmental and Design Research Association Meeting, W.J. Mitchell, ed. University of California, Los Angeles, vol 1.3.3.1-1.3.3.14.
Rapoport, A., (1977), Human Aspects of Urban Form: Towards a Man-Environment Approach to Urban Form and Design, Pergamon Press Toronto.
Romanes, G.J., (1883), Mental Evolution in Animals, With A Posthumous Essays on Instinct by Charles Darwin, Kegan Paul, London.
Saarinen, T.F., (1976), Environmental Planning: Perception and Behavior, Houghton Millin, Boston.
Sanoff, H., (1991), Visual Research Methods in Design, Department of Architecture, School of Design and Environment, North Carolina University, Van Nostrand Reinhold, New York.
Sanoff, H., Palasar, C., dan Hashas, M., (1999), School Building Assessment Methods, School of Architecture, College of Design, North Carolina State University with support from the National Clearinghouse for Educational Facilities
Shemyakin, F.N., (1962), Orientation on Space , in Psychological Science in the USSR, Ananyev, B.G., et al. eds., Office of Technical Sciences, Report 62-11083, Washington, D.C.,
Shibley, R.G. (1985), Building evaluation in the mainstream. Environment and Behavior 17:7.
Singarimbun, M., dan Effendi, S., ed. (1989). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Snyder, J.C., (1984), Architectural Research, Van Nostrand Reinhold Company, New York.
Society for Environmental Graphic Designers (SEGD), http://www.segd.org/about-us/what-is-egd.html (Rabu, 13 Oktober 2010. 12.37)
Spiegel, R.M., (1972), Elementary Sampling Theory, Theory and Problems of Statistic, McGraw Hill Book, Company, C.
Tolman, E.C., (1948), Cognitive Maps in Rats and Men, Psychological Review 55(4):189-208.
Turner, A., (2004), Depthmap 4, A Researcher’s Handbook, http://www.vr.ucl.ac.uk/ depthmap/handbook/depthmap4.pdf
Uma Sakaran, (1992), Research Methods for Business: A Skill Building Approach, second edition, New York: John Wiley& Sons, Inc.
VanderKlipp, M. (2006), Develop a Successful Wayfinding System, Buildings, 100(4): 28. http://www.interiorsandsources.com/ArticleDetails/tabid/3339/ArticleID/3036/Default.aspx
Webb, E.J., Campbell, D.T., Schwartz, R.D., Sechrest, L., Grove, J.B., (1981), Nonreactive measures in the social sciences, (2d. ed.) Boston: Houghton Mifflin
Weisman, J., (1981). Evaluating Architectural Legibility: Way-finding and the Built Environment, Environment and Behavior, v. 13(2): 189-20.
White, E.T., (1973), Ordering System: An introduction to Architecture Design, Architectural Media, Ltd.
Wilcox, L., (1995), Wayfinding, M.T.O. Shahmaghsoudi.
Wilson, F., (1984), Graphics Survey of Perception and Behaviour for the Design Profession, Van Nostrand Reinhold, New York.
Wrangel, F., (1845), Narrative of an Exhibition to the Polar Sea, Harper Brothers, New York.
http://www.interiorsandsources.com
Zeisel, J., (1975), Inquiry by design. Monterey, CA: Brooks/Cole.
Zeisel, J., (1981), Inquiry by Design: Tools for Environmental Behaviour Research, Monterey, CA: Brookes/Cole.
Zimring, C.M., (1986), Evaluation of Designed Environments: Methods for Post-Occupancy Evaluation in W Michelson, R Bechtel and R Marans (eds.), Methods in Environmental and Behavioral Research. New York: Van Nostrand Reinhold.
Zimring, C.M., Wineman, J., dan Carpman, J.R., (1988), The New Demand-Driven Post-Occupancy Evaluation in The Journal of Architectural and Planning Research 5:4 (Winter, 1988), Locke Science Publishing Co., Chicago, IL.
1 Gunawan Tanuwidjaja ST. MSc.
gunteitb@yahoo.com
gunte@peter.petra.ac.id
https://greenimpactindo.wordpress.com/
http://www.scribd.com/gunteitb
+62 81 221 220 842